Monday, November 27, 2017

Sumber Penulisan Naskah

Rekan guru bahasa Indonesia yang terkasih,
Kegiatan memilih objek/menentukan sumber ide penulisan merupakan langkah awal dalam menulis naskah drama. Stimulus internal berasal dari pengalaman pribadi penulis. Stimulus eksternal berasal dari hasil observasi (pengamatan terhadap berbagai peristiwa yang disaksikan, hasil membaca berita, biografi, novel, cerita rakyat, dan sebagainya).
Tujuan yang jelas harus dimiliki oleh penulis dalam memilih objek atau ide agar cerita dapat dikembangkan dengan fokut tertentu. Penulis dapat memanfaatkan secara maksimal objek ide penulisan yang bersumber dari pengalaman pribadi, pengamatan peristiwa yang menarik dalam kehidupan sehari-hari, dan pengalaman membaca, sehingga tidak merasa kesulitan pada saat mengawali suatu tulisan dengan fokus yang jelas.
1.  Sumber pengalaman pribadi
Pepatah mengatakan bahwa pengalaman merupakan guru yang paling berharga. Setiap
Sumber: http://www.sesawi.net/2017/03/15/
diunduh Selasa, 28/11/2017.
manusia mengalami pasang-surut kehidupan yang dapat dijadikan pengalaman yang berharga. Berhagai pengalaman tersebut mengandung nilai-nilai positif untuk menuntut manusia ke arah yang lebih baik. Dalam pembelajaran menulis kreatif naskah drama, pengalaman dapat dijadikan sumber ide penulisan. Sumber autentik yang berasal dari pengalaman pribadi penulis maupun orang lain dan dapat dijadikan sumber ide penulisan, di antaranya catatan buku harian, rubrik curahan hati pada sebuah majalah atau koran, dan biografi. Sumber tersebut dapat dijadikan sumber ide yang efektif dalam proses kreatif.
2.  Sumber pengamatan peristiwa sehari-hari
Berbagai peristiwa dan kejadian menarik, dan tidak terduga sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Peristiwa atau kejadian tersebut tidak jarang meninggalkan kesan dalam pikiran atau perasaan penulis, sehingga menjadi inspirasi dalam penulisan naskah drama. Seorang penulis naskah drama perlu memahami secara utuh ide yang akan dikembangkan dalam tulisannya. Penulis dapat melakukan pengamatan atau observasi secara mendalam terhadap berbagai peristiwa menarik dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh, siswa menyaksikan sebuah berita di televisi tetang seorang anak autis yang dipasung oleh orang tuanya karena faktor ekonomi. Penulis bermaksud menulis naskah drama yang berhubungan dengan peristiwa tersebut. Langkah-langkah yang harus dilakukan sebagai berikut: a) menemukan informasi tentang anak autis tersebut (siapa dia, dari mana, orang tuanya, dll.), b) mendapatkan informasi tentang autis dan kehidupan anak yang terindikasi autis, c) melakukan observasi secara langsung ke tempat anak autis atau anak lain untuk mengetahui kehidupan sehari-harinya, termasuk melihat kondisi rumah dan lingkungan sosialnya, d) melakukan wawancara dengan keluarga atau tetangga untuk mendapatkan informasi yang lebih lengkap dan rinci, dan e) mengumpulkan seluruh informasi untuk diolah menjadi kerangka peristiwa dasar.
3.  Sumber bacaan
Sumber: 
http://mediakreatif19.blogspot.co.id/2016/04/
diunduh Selasa, 28/11/2017.
Membaca merupakan proses mendapatkan informasi melalui sumber-sumber tertulis. Sumber-sumber tertulis tersebut di antaranya buku pengetahuan, koran, majalah, dan karya sastra. Informasi-informasi yang didapatkan oleh pembaca melalui sumber tersebut dapat dimanfaatkan untuk proses kreatif penulisan naskah drama. Karya sastra profa fiksi merupakan sumber bacaan yang cukup efektif sebagai sumber penulisan naskah drama. Pemanfaatan karya sastra prosa fiksi sebagai sumber ide jauh lebih mudah dibandingkan pamanfaatan sumber-sumber lain. Pada karya sastra tersebut sumber ide sudah terolah dengan cukup baik, sehingga penulis naskah drama akan lebih mudah dalam mengembangkan cerita. Penulis naskah drama ckup mengubah paparan ke dalam bentuk naskah drama dan mengembangkan beberapa peristiwa menjadi peristiwa yang dramatik dengan menajamkan konflik antartokoh. Teknik tersebut dikenal dengan nama teknik copy writer. Teknik tersebut tidak hanya digunakan untuk mengubah karya sastra prosa fiksi ke dalam bentuk drama untuk kepentingan pementasan drama. Saat ini, teknik tersebut dikembangkan pula untuk kepentingan penulisan skenario film. Dalam teknik itu, penulis tidak perlu mengadaptasi keseluruhan peristiwa yang terdapa pada prosa fiksi. Penulis dapat mengidentifikasi beberapa peristiwa penting, menarik, dan memungkinkan untuk dikembangkan menjadi peristiwa dramatis dalam naskah drama. Teknik ini bukan berarti memindahkan atau hanya sekedar mengubah bentuk prosa fiksi menjadi dialog-dialog dalam naskah drama. Teknik ini dapat melatih siswa dalam mengembangkan kemampuan imajinasi melalui kegiatan meniru, memodifikasi, dan mengreasi.


Perbedaan Naskah Prosa Fiksi dan Naskah Drama


Rekan guru bahasa Indonesia yang terkasih,
Menulis naskah darma melibatkan proses hampir sama dengan menulis fiksi, misalnya prosa atau cerpen. Proses tersebut meliputi memilih objek/menentukan sumber ide tulisan, menetapkan tema, memilih tokoh, dan menyusun kerangka alur. Hal yang membedakan antara penulisan naskah drama dengan prosa atau cerpen ialah naskah drama ditulis dalam bentuk percakapan atau dialog-dialog dengan memaparkan nama-nama tokoh yang akan berperan. Dengan demikian, naskah drama dan naskah prosa memiliki perbedaan mendasar dalam bentuk paparan. Naskah drama dipaparkan dalam bentuk percakapan dialog, sedang prosa fiksi dipaparkan dalam bentuk narasi, meskipun pada bagian tertentu terdapat paparan dialog antartokoh. Pemaparan dialog dalam prosa tidak terlalu dominan dan bentuknya berbeda dengan dialog naskah drama. Semua informasi dalam cerita dinarasikan melalui pernyataan pengarang.
Untuk lebih jelas, perbedaan kedua bentuk genre tersebut dapat dicermati pada paparan dua cuplikan naskah drama dan naskah cerita fiksi berikut ini. Naskah drama diambil dari “Bunga-Bunga Bangsa” karya Emil Sanossa. Naskah cerita fiksi diambil dari “Gadis Pantai” karya Pramoedya Ananta Toer.

Cuplikan “Bunga-Bunga Bangsa”

Van Dijk
:
Kita berpacu dengan waktu. Dia harus kita paksa untuk bicara.
Bastian
:
Rupanya dia mengerti kita sedang berloma dengan waktu. Seperti sengaja dia mengulur-ulur pemeriksaan. Lagaknya seperti tidak tahu apa-apa.
Van Dijk
:
Dia tahu banyak. Itu sudah pasti. Aku kenal dia waktu kami sama-sama di Wonosobo, ketika sama-sama duduk di panitia gencatan senjata. (Menimbang-nimbang kata-katanya.) M-u-r-t-o-m-o. Ya, Kapten Murtomo Nama itu sama artinya dengan kegilaan seorang fanatikus.

Cuplikan “Gadis Pantai”

Pemandangan pantai sepanjang jalan, tumbuhan laut yang jadi semak-semak, kadal-kadal laut
yang bercanda ria dan ketam pasri yang mondar-mandir bermandi matari, semua tak menarik hatinya. Irama telapak kuda tak terdengar olehnya. Ia mengangkat kepala sebentar waktu dokar berhenti dan bapaknya turun dari dokar di depan, menghampirinya, dan “Kau mau diam, tidak?”
Tubuh yang kecil mungil itu meriut seperti keong, ketakutan. Ia tahu bapaknya pelaut, kasar berotot perkasa. Ia tahu sering kena pukul dan tampar tangannya. Tapi sekarang, buat apakah penderitaan ini? Disembunyikan mukanya dalam pangkuan emaknya.

Demikian perbedaan naskah drama dan naskah cerita fiksi. Dengan memerhatikan perbedaan tersebut, maka Anda dapat membantu siswa Anda untuk menulis sebuah naskah drama yang baik.


Belajar Jarak Jauh-1

Rekan guru dan para siswa yang terkasih, Kondisi sekarang ini yang diakibatkan pandemi Covid-19, membuat berbagai aktivitas publik mendad...