Rekan guru bahasa Indonesia yang
terkasih,
Kegiatan
memilih objek/menentukan sumber ide penulisan merupakan langkah awal dalam
menulis naskah drama. Stimulus internal berasal dari pengalaman pribadi
penulis. Stimulus eksternal berasal dari hasil observasi (pengamatan terhadap
berbagai peristiwa yang disaksikan, hasil membaca berita, biografi, novel,
cerita rakyat, dan sebagainya).
Tujuan
yang jelas harus dimiliki oleh penulis dalam memilih objek atau ide agar cerita
dapat dikembangkan dengan fokut tertentu. Penulis dapat memanfaatkan secara
maksimal objek ide penulisan yang bersumber dari pengalaman pribadi, pengamatan
peristiwa yang menarik dalam kehidupan sehari-hari, dan pengalaman membaca,
sehingga tidak merasa kesulitan pada saat mengawali suatu tulisan dengan fokus
yang jelas.
1. Sumber pengalaman pribadi
Pepatah mengatakan bahwa pengalaman
merupakan guru yang paling berharga. Setiap
manusia mengalami pasang-surut
kehidupan yang dapat dijadikan pengalaman yang berharga. Berhagai pengalaman
tersebut mengandung nilai-nilai positif untuk menuntut manusia ke arah yang
lebih baik. Dalam pembelajaran menulis kreatif naskah drama, pengalaman dapat
dijadikan sumber ide penulisan. Sumber autentik yang berasal dari pengalaman
pribadi penulis maupun orang lain dan dapat dijadikan sumber ide penulisan, di
antaranya catatan buku harian, rubrik curahan hati pada sebuah majalah atau
koran, dan biografi. Sumber tersebut dapat dijadikan sumber ide yang efektif
dalam proses kreatif.
Sumber: http://www.sesawi.net/2017/03/15/ diunduh Selasa, 28/11/2017. |
2. Sumber pengamatan peristiwa sehari-hari
Berbagai peristiwa dan kejadian
menarik, dan tidak terduga sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari.
Peristiwa atau kejadian tersebut tidak jarang meninggalkan kesan dalam pikiran
atau perasaan penulis, sehingga menjadi inspirasi dalam penulisan naskah drama.
Seorang penulis naskah drama perlu memahami secara utuh ide yang akan
dikembangkan dalam tulisannya. Penulis dapat melakukan pengamatan atau
observasi secara mendalam terhadap berbagai peristiwa menarik dalam kehidupan
sehari-hari. Sebagai contoh, siswa menyaksikan sebuah berita di televisi tetang
seorang anak autis yang dipasung oleh orang tuanya karena faktor ekonomi.
Penulis bermaksud menulis naskah drama yang berhubungan dengan peristiwa
tersebut. Langkah-langkah yang harus dilakukan sebagai berikut: a) menemukan
informasi tentang anak autis tersebut (siapa dia, dari mana, orang tuanya,
dll.), b) mendapatkan informasi tentang autis dan kehidupan anak yang
terindikasi autis, c) melakukan observasi secara langsung ke tempat anak autis
atau anak lain untuk mengetahui kehidupan sehari-harinya, termasuk melihat
kondisi rumah dan lingkungan sosialnya, d) melakukan wawancara dengan keluarga
atau tetangga untuk mendapatkan informasi yang lebih lengkap dan rinci, dan e)
mengumpulkan seluruh informasi untuk diolah menjadi kerangka peristiwa dasar.
3. Sumber bacaan
Sumber:
http://mediakreatif19.blogspot.co.id/2016/04/
diunduh Selasa, 28/11/2017.
|
Membaca merupakan proses mendapatkan
informasi melalui sumber-sumber tertulis. Sumber-sumber tertulis tersebut di antaranya
buku pengetahuan, koran, majalah, dan karya sastra. Informasi-informasi yang
didapatkan oleh pembaca melalui sumber tersebut dapat dimanfaatkan untuk proses
kreatif penulisan naskah drama. Karya sastra profa fiksi merupakan sumber
bacaan yang cukup efektif sebagai sumber penulisan naskah drama. Pemanfaatan
karya sastra prosa fiksi sebagai sumber ide jauh lebih mudah dibandingkan
pamanfaatan sumber-sumber lain. Pada karya sastra tersebut sumber ide sudah
terolah dengan cukup baik, sehingga penulis naskah drama akan lebih mudah dalam
mengembangkan cerita. Penulis naskah drama ckup mengubah paparan ke dalam
bentuk naskah drama dan mengembangkan beberapa peristiwa menjadi peristiwa yang
dramatik dengan menajamkan konflik antartokoh. Teknik tersebut dikenal dengan
nama teknik copy writer. Teknik
tersebut tidak hanya digunakan untuk mengubah karya sastra prosa fiksi ke dalam
bentuk drama untuk kepentingan pementasan drama. Saat ini, teknik tersebut
dikembangkan pula untuk kepentingan penulisan skenario film. Dalam teknik itu,
penulis tidak perlu mengadaptasi keseluruhan peristiwa yang terdapa pada prosa
fiksi. Penulis dapat mengidentifikasi beberapa peristiwa penting, menarik, dan
memungkinkan untuk dikembangkan menjadi peristiwa dramatis dalam naskah drama.
Teknik ini bukan berarti memindahkan atau hanya sekedar mengubah bentuk prosa
fiksi menjadi dialog-dialog dalam naskah drama. Teknik ini dapat melatih siswa
dalam mengembangkan kemampuan imajinasi melalui kegiatan meniru, memodifikasi,
dan mengreasi.