Friday, November 24, 2017

Artistik

Sumber: http://chic-id.com/teater-dong-rajai-festival-drama-realis-sma/
Rekan guru bahasa Indonesia yang terkasih,
Aspek artistik merupakan komponen-komponen yang mendukung keindahan suatu pementasan drama dari segi tampilan, baik dari segi audio maupun visual. Aspek artistik dalam suatu pementasan drama meliputi 1) tata panggung, 2) tata busana (kostum), 3) tata lampu (pencahayaan), dan 4) latar belakang bunyi (backsound).
1.  Tata panggung
Aspek artistik tata panggung meliputi segala pengadaan dan penataan alat-alat (properti) yang diletakkan di atas panggung sebagai pendukung cerita dan penambah nilai artistik di atas panggung. Properti yang diletakkan di atas panggung tidak boleh terlalu berlebihan (sesuai dengan fungsinya serta tidak mengganggu moving (pergerakan) aktor/aktris di atas panggung.
2.  Tata busana (kostum)
Busana aktor/aktris meliputi segala perlengkapan sandang pelaku di atas pentas, baik itu berupa pakaian maupun aksesoris lain. Kostum dapat dikelompokkan berdasarkan a) kesejarahan (pemakaian kostum berdasar sejarah suku bangsa/bangsa zaman tertentu, b) kostum adat atau tradisi, c) kostum keagamaan, d) kostum kesenian, e) ostum keseharian. Pembagian kostum dari segi pemakaian meliputi a) kostum kepala, b) kostum badan, dan c) kostum anggota badan.  Fungsi kostum bagi aktor/aktris adalah a) menghidupkan karakter pelaku atau perwatakan pelaku, menunjukkan gambaran umur, memberi identitas kebangsaan, dan menjelaskan kepribadian pelaku, b) menonjolkan tipe individu pelaku agar mudah dibedakan daripelaku lain, dan c) menonjolkan efek visual agar memudahkan gerakan atau akting pelaku.
3.  Tata lampu (pencahayaan)
Sumber:
https://matramantra.wordpress.com/2013/05/23/provinsi-nusa-tenggara-barat/
Tata lampu berfungsi untuk membangun situasi, menyinari gerak pelaku, danmempertajam ekspresi demi penciptaan karakter. Tujuan pencahayaan ini adalah untuk mengarahkan imajinasi penonton ke situasi tertentu yang tragis, sublim, dan lepas dari dunia keseharian atau spesif

ik  iluminasi. Macam-macam lampu pentas antara lain a) lampu kaki (foot light) yang diletakkan di kaki pentas, b) lampu frinsen (frinsen light) yang digunakan untuk mengimbangi sinar dari kaki pentas, c) lampu hersen (hersen light) yang diletakkan di luar pentas untuk menyinari layar induk atau arah arena pentas, dan d) lampu spot (spot light) yang difungsikan untuk menegaskan bentuk mimik, ekspresi pelaku, fokus insiden, atau menyinari seluruh pentas.
4.  Latar belakang bunyi (backsound)
Bunyi dan musik seringkali diartikan sama. Dalam drama dibedakan antara bunyi dan musik. Bunyi adalah segala getaran benda yang menimbulkan suara, baik berupa derak, desis, desah, letupan/letusan, benturan, ledakan, pecahan, dan sebagainya. Latar belakang bunyi biasanya diperlukan untuk menghadirkan suara-suara yang tidak dapat terwakili oleh suara vokal aktor/aktris. Latar belakang bunyi sangat penting dalam suatu pementasan agar pemeran yang dilakukan aktor/aktris semakin lebih mendekati kondisi real. Sedangkan musik merupakan paduan bunyi musikan yang berfungsi sebagai pengiring dan pencipta suasana dalam suatu pementasan. Fungsi musik dalam pementasan adalah untuk menggambarkan situasi tertentu agar adegan dalam pementasan mampu memukai penonton. Musik dapat dibagi dalam tiga bentuk antara lain a) musik, b) musik instrumental, dan c) gabungan musik vokal dan instrumental yang berupa vokal dengan notasi tertentu.



Panggung (Stage)

Rekan guru bahasa Indonesia yang terkasih,
Dalam sebuah pementasan, latar selalu dihubungkan dengan penataan panggung karena panggung merupakan salah satu media pembentukan setting secara visual. Berdasarkan kepentingan naskah yang akan dipentasan, panggung dibagi menjadi dua macam yaitu panggung pementasan konvensional dan panggung pementasan kontemporer. Panggung pementasan konvensional memiliki bentuk trapesium dan membantuk segi empat. Sedangkan panggung pementasan kontemporer memiliki bentuk arena (melingkar) dan setengah arena (setengah lingkaran).
Panggung adalah media bagi aktor/aktris dalam melakukan aktivitas perannya atau sebagai wadah dalam berekspresi di hadapan penonton. Sebuah panggung didesain atau ditata sesuai dengan kebutuhan dalam peran. Penataan panggung difungsikan sebagai alat dalam menghidupkan suasana dramatik dalam pementasan drama. Ada beberapa ketentuan dalam tata panggung sebagai dasar pengembangan pembelajaran perencanaan pementasan drama. Ketentuan-ketentuan itu sebagai berikut.
1.  Penataan panggung harus sesuai dengan konsep atau tema pementasan.
2. Penataan panggung harus mengetahui konsep dasar pementasan drama yang akan dilaksanakan agar tatanan sesuai dengan konsep pementasan yang telah dirancang oleh sutradara.
3. Tatanan panggung harus mampu memberikan visualisasi dan stimulus bagi aktor/aktris agar dapat mendukung akting di atas panggung.
4. Penataan panggung harus memperhitungkan komposisi dan efisiensi. Peletakan dan penataan properti di atas panggung memperhatikan komposisi agar tidak terlihat penuh di satu sisi saja. Properti yang diletakkan di atas panggung hendaknya tidak terlalu banyak dan fungsional sehingga tidak mengganggu pandangan penontong dan gerak aktor/aktris.
5.  Jarak panggung dengan penonton tidak boleh terlalu jauh agar keseluruhan cerita dapat diikuti oleh penonton secara jelas dan baik dari aspek gerak dan vokal.

Rekan guru bahasa Indonesia yang terkasih,
Beberapa ketentuan di atas tentu saja dapat Anda kembangkan agar semakin jelas bagi siswa Anda. Ketentuan-ketentuan di atas dapat Anda gunakan sebagai panduan dalam mendampingi siswa Anda ketika Anda mengajak siswa Anda untuk melakukan suatu pengamatan atas sebuah pementasan. Selain itu, ketentuan di atas juga dapat Anda gunakan sebagai pegangan dalam mengarahkan siswa Anda ketika akan mementaskan sebuah lakon.
Di atas juga disinggung tentang jenis panggung yaitu konvensional dan kontemporer. Pemaparan tentang kedua jenis panggung tersebut, akan saya sampaikan secara terpisah. Akan tetapi, jika Anda dapat mencari sumber referensi tentu hal itu akan sangat baik agar ketika menjelaskan materi ini kepada siswa Anda, Anda tentu sudah memiliki pemahaman dan pengetahuan.
Panggung modern.
Sumber:http://sharingiscaring1989.blogspot.co.id/2011/10/jenis-jenis-pentas-teater.html

Panggung konvensional.
Sumber:http://sharingiscaring1989.blogspot.co.id/2011/10/jenis-jenis-pentas-teater.html

Kompetensi Akting

Rekan guru bahasa Indonesia yang terkasih,
Dalam bagian kompetensi akting ini, ada empat hal yang perlu Anda pahami yaitu kompetensi pengucapan dialog dan gerak, kemampuan mengembangkan imajinasi, konsentrasi di atas panggung, dan ingatan emosi. Keempat hal itu merupakan pemahaman dasar yang mesti dipahami oleh siswa Anda ketika hendak mementaskan suatu cerita dari naskah drama yang sudah dipersiapkan.
1.  Pengucapan dialog dan gerak
a.  Kompetensi dialog
Kompetensi dialog dibagi menjadi dua yaitu artikulasi dan teknik pengucapan. Artikulasi adalah kejelasan ucapan dalam melafalkan dialog naskah drama. Pengucapan dialog secara jelas bertujuan agar aktor/aktris mampu menyampaikan makna atas hal yang diucapkan di atas pentas. Artikulasi yang tepat diwujudkan melalui penggunaan artikulator dan titik artikulasi yang tepat dan disertai tekanan terhadap bunyi-bunyi vokal maupun konsonan sesuai pesan yang disampaikan. Dari tampilan, pengucapan bunyi-bunyi tersebut ditandai dengan kesempurnaan bentuk bibir dalam pengucapan. Misalnya, bunyi vokal [o] diucapkan dengan bibir membulat seperti lingkaran dan agar moncong. Sebaliknya, bunyi konsonal [p] diucapkan dengan rekatan kedua bibir kemudian dilepaskan dengan seketika.
Teknik pengucapan yang perlu dipahami adalah teknik topping dan dropping. Teknik topping adalah teknik menaikkan volume, nada suara, dan tempo melebihi lawan bicara (pemain lain) sebagai penanda. Pemakaian teknik topping harus diimbangi dengan keterampilan mengucapkan dialog dengan artikulasi yang baik (pengucapan yang jelas). Kejadian yang sering di atas penas ketika pemain menggunakan teknik topping ialah emosi yang meninggi karena ketegangan yang tercipta mengakibatkan pemain hanya berkonsentrasi untuk menaikkan volume, nada, dan tempo suara sehingga lupa mengontrol intonasi dan artikulasi. Ucapan yang muncul dalam kondisi tersebut menjadi kurang jelas dan sering terjadi selip lidah. Teknik topping dapat digunakan pada situasi membentak lawan bicara, menyanggah ucapan lawan bicara, marah, tersinggung, dan sebagainya.
Selain teknik topping, aktor/aktris perlu mengenal teknik dropping. Teknik dropping merupakan teknik menurunkan volume, nada, dan kecepatan tempo suara untuk mendapatkan efek-efek tertentu dari sebuah pengucapan. Efek-efek tersebut antara lain penyesalan, permohonan, dan redaman emosi. Teknik dropping memiliki fungsi antara lain menurunkan derajat ketegangan yang dibangun oleh tokoh dalam cerita. Setelah berbagai macam ketegangan diciptakan, perlu ada situasi yang didinginkan. Akan tetapi, dalam situasi sebaliknya, teknik ini justru difungsikan untuk membangun suatu ketegangan. Pada saat aktor/aktris berada pada puncak kekuatan suara yang maksimal, tetapi ia masih memerlukan pengembangan lebih lanjut dan tidak memungkinkan untuk menambah volume suara, maka teknik ini akan digunakan. Teknik dropping dilakukan dengan penuruan volume suara disertai tempo yang dilambatkan.
b.  Kompetensi gerak
Kompetensi gerak yang dikembangkan dalam pementasan drama meliputi gesture (bahasa tubuh) aktor/aktris (fisik dan vokal), ekspresi, pergerakan di atas panggung (movement), dan blocking. Penjelasan singkat saya sertakan dalam penjabaran ini. Sedangkan penjabaran lebih detail, akan saya sampaikan pada bagian lain agar lebih mudah untuk dicerna.
·       Gesture (bahasa tubuh)
Gesture merupakan tanda eksternal (bahasa tubuh) yang mengindikasikan suatu tanda atau simbol tertentu sebagai bahasa komunikasi nonverbal (analogi bahasa tubuh). Gesture fisik lebih diarahkan pada gerak tubuh, misalnya pada pernyataan “Pergi kau dari hadapanku!”. Sebelum mengucapkan dialog tersebut, aktor terlebih dahulu merentangkan tanganya lebih dari 45 derajat ke arah atas dengan tangan menggenggam, kecuali jari telunjuk yang diarahkan ke pintu (arah keluar-masuk pemain di panggung). Gesture vokal dimaksudkan untuk pengucapan verbal (kata-kata) dan nonverbal (bunyi-bunyian).
·       Ekspresi
Ekspresi merupakan bentuk luapan perasaan yang terpancar melalui raut wajah maupun gerak tubuh. Pada umumnya, ekpresi yang memancar lewat wajah melibatkan bagian-bagian raut muka, yakti mata, dahi, dan bibir. Kemampuan dalam mengolah ekspresi wajah harus dikembangkan oleh aktor/aktris karena permainan keduanya di atas pentas sebagian besar memainkan ekspresi wajah. Salah satu aspek yang dilihat oleh penonton dalam akting tokoh ialah ekspresi wajah (air muka). Penilaian penonton terhadap akting aktor/aktris di atas pentas ditentukan oleh kemampuannya dalam mengolah ekspresi wajah.
·       Pergerakan di atas panggung (movement)
Movement adalah pergerakan atau perpindahan dari satu daerah permainan ke daerah permainan lain di atas panggung. Movement terjadi ketika seorang pemain ingin mengungkapkan perasaan atau menciptakan suasana baru di atas panggung. Movement harus didasari motivasi alasan yang kuat dari aktor. Pergerakan aktor/aktris di atas pentas yang tidak kuat justru akan mematikan langkah aktor/aktris dan pementasan menjadi terkesan membosankan.
·       Blocking
Blocking atau pengelompokan terjadi karena suasana dan perasaan dalam suatu adegan menuntut demikian. Pengelompokan berubah-berubah sesuai keadaan. Blocking dilakukan agar tercapai suatu dinamika dan memudahkan penonton mengikuti jalannya cerita. Pengelompokan terjadi karena timbulnya peralihan-peralihan kepentingan sehingga harus dilakukan movement yang bertindak sebagai penyambung antara satu blocking ke blocking lain.
Pemahaman lebih detail berkaitan dengan kompetensi gerak dan dialog akan dipaparkan secara tersendiri. Hal tersebut agar Anda dapat memahami secara fokus. Hal-hal yang sudah saya paparkan di atas lebih sebagai pendasaran pemahaman untuk Anda.

2.  Kemampuan mengembangkan imajinasi
Peristiwa di atas panggung bukan merupakan hasil sebuah aktualitas, tetapi merupakan pembentukan aktualitas. Semua terjadi melalui proses imajinasi yang dibangun penulis naskah drama, sutradara, dan pekerja pentas lainnya (aktor/aktris, penata dekorasi, make up, dan sebagainya). Penulis naskah drama menggunakan imajinasi terhadap peristiwa yang dilihat, dialami, dan dirasakan untuk menulis sebuah naskah drama. Tujuan utama seorang aktor/aktris yakni mempergunakan tekniknya untuk mengubah lakon menjadi aktualisasi teater. Aktor/aktris akan memerankan tokoh dalam naskah drama yang memiliki karakter hampir sama atau bahkan berbeda dengan dirinya. Oleh karena itu, pengenalan terhadap karakter pribadinya penting dalam membantu untuk pemeranan. Di sinilah pentingnya suatu kemampuan mengembangkan imajinasi dalam diri aktor/aktris.
3.  Konsentrasi di atas panggung
Seorang aktor/aktris harus mempunyai pusat perhatian. Segala pikiran yang mengganggu segera dihilangkan saat berakting di atas pentas. Aktor/aktris harus menumbuhkan pikiran bahwa ia merupakan bagian dari pementasan, hidup di dunia yang baru dengan berbagai situasi dan lingkungan yang baru, menjadi orang lain, dan menanggalkan kehidupan nyata di luar pentas. Salah satu penanda hilangnya konsentrasi aktor/aktris adalah pandangan mata yang kosong dan tidak fokus, sehingga terlihat seperti orang melamun. Mata tidak hanya berperan sebagai jendela hati, tetapi juga merupakan jendela pikiran.
4.  Ingatan emosi
Waktu merupakan penyaring yang baik untuk perasaan dan kenangan seseorang. Setiap orang akan melewati suatu rentangan masa, masal lalu, masa kini, dan masa depan. Segala peristiwa yang terjadi pada masa lalu terekam dan tersimpan dalam memori otak. Arsip ingatan tersebut yang dibawa oleh seorang aktor/aktris sebagai modal dasar dalam mengembangkan akting di atas pentas. Arsip ingatan yang dimanfaatkan oleh aktor/aktris dalam mengembangkan akting di atas pentas yakni ingatan emosi. Modal dasar ingatan dalam bentuk ingatan emosi berperan penting dalam akting aktor/aktris. Berbagai karakter yang diembang oleh seorang pemian dram semata-mata hanya simbol besar yang melekat pada dirinya dan dijadikan suatu pembeda antara satu individu dengan individu lainnya. Ketika seorang aktor/aktris dapat mengelola ingatan emosinya, maka ia akan lebih mudah menghayati perannya. Ia akan berakting di atas panggung dengan emosi dan perasaannya, bukan hanya pikirannya.

Tema Pementasan

Rekan guru bahasa Indonesia yang terkasih,
Tema merupakan ide yang mendasari suatu cerita sehingga dapat berperan sebagai pangkal tolak pengarang dalam menyampaikan pesan kepada pembaca lewat naskah drama yang ditulisnya atau dipentaskan. Pemahaman terhadap tema pementasan mutlak harus dilakukan karena tanpa memahami tema dalam suatu pementasan drama, baik sutradara, aktor/aktris, maupun penikmat pertunjukan drama tidak akan mampu memahami pesan dalam pementasan drama.
Dalam pementasan drama, gagasan-gagasan yang relevan dengan tema dapat dinyatakan melalui kata-kata dan dibangun melalui situasi yang diciptakan dalam pertunjukan drama. Gagasan tersebut dapat diamati melalui premis yang menggarisbawahi peristiwa yang terdapat dalam pertunjukan drama.
Tema sebuah pementasan bisa muncul lebih dari satu, tetapi pada hakikatnya hanya ada satu tema umum yan diusung dalam suatu pertunjukan drama. Tema-tema lain yang muncul hanya menjadi pelengkap tema umum. Tema tersebut sering disebut tema minor. Tema suatu pementasan dapat dipahami melalu kegiatan 1) interpretasi naskah sebelum kegiatan pementasan, 2) menghubungkan dialog-dialog tematis yang tersebar pada dialog tokoh dan menyimpulkannya, 3) penandaan terhadap konflik dan perkembangan plot, 4) pemahaman terhadap setting pementasan (waktu, tempat, dan suasana).

Belajar Jarak Jauh-1

Rekan guru dan para siswa yang terkasih, Kondisi sekarang ini yang diakibatkan pandemi Covid-19, membuat berbagai aktivitas publik mendad...