Rekan guru bahasa Indonesia yang
terkasih,
Dalam
bagian kompetensi akting ini, ada empat hal yang perlu Anda pahami yaitu
kompetensi pengucapan dialog dan gerak, kemampuan mengembangkan imajinasi,
konsentrasi di atas panggung, dan ingatan emosi. Keempat hal itu merupakan pemahaman
dasar yang mesti dipahami oleh siswa Anda ketika hendak mementaskan suatu
cerita dari naskah drama yang sudah dipersiapkan.
1. Pengucapan dialog dan gerak
a. Kompetensi dialog
Kompetensi
dialog dibagi menjadi dua yaitu artikulasi dan teknik pengucapan. Artikulasi
adalah kejelasan ucapan dalam melafalkan dialog naskah drama. Pengucapan dialog
secara jelas bertujuan agar aktor/aktris mampu menyampaikan makna atas hal yang
diucapkan di atas pentas. Artikulasi yang tepat diwujudkan melalui penggunaan
artikulator dan titik artikulasi yang tepat dan disertai tekanan terhadap
bunyi-bunyi vokal maupun konsonan sesuai pesan yang disampaikan. Dari tampilan,
pengucapan bunyi-bunyi tersebut ditandai dengan kesempurnaan bentuk bibir dalam
pengucapan. Misalnya, bunyi vokal [o] diucapkan dengan bibir membulat seperti
lingkaran dan agar moncong. Sebaliknya, bunyi konsonal [p] diucapkan dengan
rekatan kedua bibir kemudian dilepaskan dengan seketika.
Teknik
pengucapan yang perlu dipahami adalah teknik topping dan dropping.
Teknik topping adalah teknik
menaikkan volume, nada suara, dan tempo melebihi lawan bicara (pemain lain)
sebagai penanda. Pemakaian teknik topping harus diimbangi dengan keterampilan
mengucapkan dialog dengan artikulasi yang baik (pengucapan yang jelas).
Kejadian yang sering di atas penas ketika pemain menggunakan teknik topping ialah emosi yang meninggi karena
ketegangan yang tercipta mengakibatkan pemain hanya berkonsentrasi untuk
menaikkan volume, nada, dan tempo suara sehingga lupa mengontrol intonasi dan
artikulasi. Ucapan yang muncul dalam kondisi tersebut menjadi kurang jelas dan
sering terjadi selip lidah. Teknik topping
dapat digunakan pada situasi membentak lawan bicara, menyanggah ucapan
lawan bicara, marah, tersinggung, dan sebagainya.
Selain teknik
topping, aktor/aktris perlu mengenal
teknik dropping. Teknik dropping merupakan teknik menurunkan
volume, nada, dan kecepatan tempo suara untuk mendapatkan efek-efek tertentu
dari sebuah pengucapan. Efek-efek tersebut antara lain penyesalan, permohonan,
dan redaman emosi. Teknik dropping
memiliki fungsi antara lain menurunkan derajat ketegangan yang dibangun oleh
tokoh dalam cerita. Setelah berbagai macam ketegangan diciptakan, perlu ada
situasi yang didinginkan. Akan tetapi, dalam situasi sebaliknya, teknik ini
justru difungsikan untuk membangun suatu ketegangan. Pada saat aktor/aktris
berada pada puncak kekuatan suara yang maksimal, tetapi ia masih memerlukan
pengembangan lebih lanjut dan tidak memungkinkan untuk menambah volume suara,
maka teknik ini akan digunakan. Teknik dropping
dilakukan dengan penuruan volume suara disertai tempo yang dilambatkan.
b. Kompetensi gerak
Kompetensi gerak yang dikembangkan
dalam pementasan drama meliputi gesture
(bahasa tubuh) aktor/aktris (fisik dan vokal), ekspresi, pergerakan di atas
panggung (movement), dan blocking. Penjelasan singkat saya
sertakan dalam penjabaran ini. Sedangkan penjabaran lebih detail, akan saya
sampaikan pada bagian lain agar lebih mudah untuk dicerna.
·
Gesture (bahasa tubuh)
Gesture merupakan tanda eksternal (bahasa
tubuh) yang mengindikasikan suatu tanda atau simbol tertentu sebagai bahasa
komunikasi nonverbal (analogi bahasa tubuh). Gesture fisik lebih diarahkan pada gerak tubuh, misalnya pada
pernyataan “Pergi kau dari hadapanku!”. Sebelum mengucapkan dialog tersebut,
aktor terlebih dahulu merentangkan tanganya lebih dari 45 derajat ke arah atas
dengan tangan menggenggam, kecuali jari telunjuk yang diarahkan ke pintu (arah
keluar-masuk pemain di panggung). Gesture
vokal dimaksudkan untuk pengucapan verbal (kata-kata) dan nonverbal
(bunyi-bunyian).
·
Ekspresi
Ekspresi merupakan bentuk luapan
perasaan yang terpancar melalui raut wajah maupun gerak tubuh. Pada umumnya,
ekpresi yang memancar lewat wajah melibatkan bagian-bagian raut muka, yakti
mata, dahi, dan bibir. Kemampuan dalam mengolah ekspresi wajah harus dikembangkan
oleh aktor/aktris karena permainan keduanya di atas pentas sebagian besar
memainkan ekspresi wajah. Salah satu aspek yang dilihat oleh penonton dalam
akting tokoh ialah ekspresi wajah (air muka). Penilaian penonton terhadap
akting aktor/aktris di atas pentas ditentukan oleh kemampuannya dalam mengolah
ekspresi wajah.
·
Pergerakan
di atas panggung (movement)
Movement adalah pergerakan atau perpindahan dari
satu daerah permainan ke daerah permainan lain di atas panggung. Movement terjadi ketika seorang pemain
ingin mengungkapkan perasaan atau menciptakan suasana baru di atas panggung. Movement harus didasari motivasi alasan
yang kuat dari aktor. Pergerakan aktor/aktris di atas pentas yang tidak kuat
justru akan mematikan langkah aktor/aktris dan pementasan menjadi terkesan
membosankan.
·
Blocking
Blocking atau pengelompokan terjadi karena
suasana dan perasaan dalam suatu adegan menuntut demikian. Pengelompokan
berubah-berubah sesuai keadaan. Blocking
dilakukan agar tercapai suatu dinamika dan memudahkan penonton mengikuti
jalannya cerita. Pengelompokan terjadi karena timbulnya peralihan-peralihan
kepentingan sehingga harus dilakukan movement yang bertindak sebagai penyambung
antara satu blocking ke blocking lain.
Pemahaman
lebih detail berkaitan dengan kompetensi gerak dan dialog akan dipaparkan
secara tersendiri. Hal tersebut agar Anda dapat memahami secara fokus. Hal-hal
yang sudah saya paparkan di atas lebih sebagai pendasaran pemahaman untuk Anda.
2. Kemampuan mengembangkan imajinasi
Peristiwa di atas panggung bukan
merupakan hasil sebuah aktualitas, tetapi merupakan pembentukan aktualitas.
Semua terjadi melalui proses imajinasi yang dibangun penulis naskah drama,
sutradara, dan pekerja pentas lainnya (aktor/aktris, penata dekorasi, make up, dan sebagainya). Penulis naskah
drama menggunakan imajinasi terhadap peristiwa yang dilihat, dialami, dan
dirasakan untuk menulis sebuah naskah drama. Tujuan utama seorang aktor/aktris
yakni mempergunakan tekniknya untuk mengubah lakon menjadi aktualisasi teater.
Aktor/aktris akan memerankan tokoh dalam naskah drama yang memiliki karakter
hampir sama atau bahkan berbeda dengan dirinya. Oleh karena itu, pengenalan
terhadap karakter pribadinya penting dalam membantu untuk pemeranan. Di sinilah
pentingnya suatu kemampuan mengembangkan imajinasi dalam diri aktor/aktris.
3. Konsentrasi di atas panggung
Seorang aktor/aktris harus mempunyai
pusat perhatian. Segala pikiran yang mengganggu segera dihilangkan saat
berakting di atas pentas. Aktor/aktris harus menumbuhkan pikiran bahwa ia
merupakan bagian dari pementasan, hidup di dunia yang baru dengan berbagai
situasi dan lingkungan yang baru, menjadi orang lain, dan menanggalkan
kehidupan nyata di luar pentas. Salah satu penanda hilangnya konsentrasi
aktor/aktris adalah pandangan mata yang kosong dan tidak fokus, sehingga
terlihat seperti orang melamun. Mata tidak hanya berperan sebagai jendela hati,
tetapi juga merupakan jendela pikiran.
4. Ingatan emosi
Waktu merupakan penyaring yang baik
untuk perasaan dan kenangan seseorang. Setiap orang akan melewati suatu
rentangan masa, masal lalu, masa kini, dan masa depan. Segala peristiwa yang
terjadi pada masa lalu terekam dan tersimpan dalam memori otak. Arsip ingatan
tersebut yang dibawa oleh seorang aktor/aktris sebagai modal dasar dalam
mengembangkan akting di atas pentas. Arsip ingatan yang dimanfaatkan oleh
aktor/aktris dalam mengembangkan akting di atas pentas yakni ingatan emosi. Modal
dasar ingatan dalam bentuk ingatan emosi berperan penting dalam akting aktor/aktris.
Berbagai karakter yang diembang oleh seorang pemian dram semata-mata hanya
simbol besar yang melekat pada dirinya dan dijadikan suatu pembeda antara satu
individu dengan individu lainnya. Ketika seorang aktor/aktris dapat mengelola
ingatan emosinya, maka ia akan lebih mudah menghayati perannya. Ia akan
berakting di atas panggung dengan emosi dan perasaannya, bukan hanya
pikirannya.