Rekan guru bahasa Indonesia yang
terkasih,
Setiap
naskah drama memiliki gaya penyajian yang berbeda-beda. Gaya penyajian yang
berbeda menunjukkan karakter penulis naskah drama, baik itu karakter pribadi
yang melekat dalam diri pengarang maupun lingkungan fisik, psikis, dan sosial
yang memengaruhi kehidupan pengarang. Lingkungan fisik pengarang berupa kondisi
tempat tinggal pengarang (asal-usul daerah maupun negara). Lingkungan sosial
berupa adat istiadat, norma, nilai-nilai, dan status ekonomi yang
melatarbelakangi kehidupan pengarang. Lingkungan psikis antara lain berupa
latar belakang keyakinan pandangan hidup, dan harapan, atau cita-cita.
Dalam
menulis naskah drama, pengarang memiliki gaya ekspresi verbal dalam
menyampaikan gagasan. Ekspresi verbal merupakan teknik yang dipilih penulis
dalam menyajikan dialog-dialog naskah drama. Dialog naskah drama ditulis dengan
menggunakan gaya tuturan dalam percakapan sehari-hari. Dialog tersebut sebagian
dikembangkan sesuai dengan kaidah kebahasaan yang benar (jika tokoh terlibat dalam
percakapan formal) dan dikembangkan dengan mengabaikan kaidah bahasa Indonesia
yang benar jika tokoh terlibat dalam situasi percakapan tidak formal.
Penggunaan ragam bahasa Indonesia tersebut juga disesuaikan dengan suasana,
situasi, dan emosi yang dibangun dalam dialog tokoh.
Pengarang
menggunakan tiga jenis gaya penggunaan ekspresi verbal dalam penyajian isi
cerita, yakni gaya percakapan, gaya puisi, dan gaya lirik. Ketiga gaya tersebut
dijelaskan sebagai berikut.
1. Gaya percakapan
Gaya
percakapan adalah gaya pengembangan dialog naskah drama dengan memanfaatkan
ciri-ciri bahasa yang digunakan dalam percakapan sehari-hari di tengah
masyarakat. Ciri-ciri dialog tokoh disesuaikan dengan ciri-ciri budaya bahasa
lisan masyarakat yang dikisahkan dalam naskah. Pengarang Indonesia tidak jarang
menggunakan dialek daerah tertentu sesuai dengan latar belakang budaya tokoh. Hal
tersebut bertujuan untuk menjelaskan identitas tokoh, watak tokoh, dan
menunjukkan kekayaan khazanah budaya bahasa Indonesia. Pemilihan diksi dalam
pengembangan dialog naskah drama juga dipengaruhi oleh latar belakang budaya
penulis naskah drama.
2. Gaya puisi
Dalam gaya puisi, teknik
pengembangan dialog tokohnya menghadirkan ciri-ciri bahasa puisi. Ciri bahasa
puisi yang dimunculkan dalam dialog tokoh berupa estetika penggunaan bahasa
yang meliputi penggunaan rima, kata konotatif, citraan, gaya bahasa, dan
simbol. Penggunaan bahasa puisi memberikan kesan mendalam pada naskah drama
tersebut karena pembaca dan penonton berkesempatan untuk membangun imajinasi
dalam memahami paparan dialog.
3. Gaya lirik
Gaya lirik merupakan teknik
pengembangan dialog dengan memanfaatkan ciri-ciri puisi liris. Dialog naskah
drama bergaya lirik ditata dalam bentuk larik-larik (baris-baris puisi) yang
memiliki birama (melodi) dalam tiap baris seperti lirik yang dinyanyikan dalam
opera.
Rekan guru bahasa Indonesia yang
terkasih,
Selain
ekspresi verbal seperti paparan di atas, naskah drama juga mempunyai gaya
penyajian isi cerita yang khas. Gaya penyajian tersebut didasarkan pada ciri
cerita, tujuan, dan pembaca/penonton yang menjadi sasaran dalam penulisan.
1. Ciri cerita
Ciri cerita selalu disesuaikan
dengan genre atau jenis naskah. Naskah jenis tragedi, komedi, atau tragikomedi
ditulis dengan pilihan kata, frasa, dan kalimat yang berbeda. Pada naskah
tragedi, kalimat percakapan antartokoh ditulis dengan pilihan kata yang
bermakna luas sehingga sisi penderitaan tokoh lebih transparan. Pada naskah
komedi, kalimat percakapan yang dipilih untuk mengungkapkan isi lebih ringan
dan terdapat pleseta (joke) yang dominan.
2. Tujuan
Tujuan penulisan penulisan naskah
drama berkaitan dengan kepentingan “untuk apa” naskah drama tersebut ditulis,
misalnya untuk edukasi, hiburan, atau perpaduan keduanya.
3. Pembaca
Pertimbangan penulis naskah drama
dalam menentukan sasaran pembaca/penonton didasarkan pada empat aspek yaitu
tingkat intelektual, latar belakang pendidikan, usia, dan wawasan tentang drama
itu sediri.